Tanah Sumba atau kerap disebut sebagai tanah Humba, merupakan wilayah yang tidak hanya kaya akan Sumber Daya Alam tetapi juga menjadi salah satu daerah yang masih memegang erat adat istiadat. Masyarakat asli Sumba adalah masyarakat Marapu. Marapu tidak hanya diartikan sebagai aliran kepercayaan tetapi juga sebagai way of life yang mengatur kehidupan masyarakat termasuk dalam mata pencaharian serta peranan laki-laki dan perempuan. Dalam budaya masyarakat Sumba, perempuan memiliki peranan yang penting dan tercermin dalam simbol-simbol kebudayaan.
Salah satu contoh yang menarik adalah ketika masyarakat Marapu membangun rumah. Tiang pertama yang dibangun adalah “Pari’i Rabuka” atau “Tiang Perempuan.” Tiang tersebut berdiri berhadapan dengan “Pintu Perempuan.” Filosofi arsitektur dalam membangun rumah ini berhubungan erat dengan fungsi strategis yang diperankan oleh perempuan di rumah tangga dan bagaimana Marapu memandang peranan perempuan dalam kehidupan masyarakat. Perempuan memegang peranan penting dan menjadi tonggak pertahanan keluarga dan masyarakat. Perempuan Sumba tidak hanya handal menjalankan peran dalam berumah tangga, tetapi juga senantiasa bekerja keras untuk perekonomian keluarga. Hal ini juga tercermin dalam sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat di Sumba, khususnya Sumba Barat Daya.
Sebanyak 85% masyarakat di Sumba bekerja sebagai petani secara turun temurun. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2018, sebanyak 8800 perempuan berprofesi sebagai petani di Sumba Barat Daya. Para petani perempuan ini tergabung dalam Kelompok Tani Wanita (KWT) yang terorganisir dalam mengelola lahan-lahan pertanian. Salah satunya adalah KWT Suka Maju yang berada di Desa Kabalidana, Kecamatan Wewewa Barat. Diketuai oleh Mama Kornalia Wasti Bouka atau yang kerap dipanggil Mama Elin, KWT ini beranggotakan 30 orang petani perempuan sejak tahun 2015. Selama ini, KWT Suka Maju hanya menanam tomat secara swadaya dan belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan masih terbatasnya ilmu pengetahuan tentang budidaya sayuran dan minimnya pelatihan yang didapatkan oleh para anggota KWT. Hambatan lainnya muncul karena mayoritas rumah tangga petani di Sumba Barat Daya masih berada pada posisi subsistensi yang berarti orientasi produksi pertanian masih ditujukan untuk memenuhi konsumsi sendiri. Hal ini ditandai dengan kebiasaan masyarakat yang secara struktural hanya melakukan usaha-usaha kecil untuk bisa bertahan hidup. Para petani secara kultural juga masih enggan mengambil risiko untuk mengatasi permasalahan subsistensi tersebut. Upaya untuk bertahan hidup seperti ini erat kaitannya dengan kondisi masyarakat yang hidup di garis kemiskinan karena mereka memiliki kekhawatiran akan kekurangan pangan untuk keluarga.
Perubahan mulai terjadi ketika KWT Suka Maju bergabung dengan Program Penguatan Mata Pencaharian Pertanian (PERMATA) yang dilaksanakan oleh Yayasan Bina Tani Sejahtera (YBTS) dan didukung oleh William & Lily Foundation. Mama Elin secara aktif mengajak para anggota KWT yang ia pimpin untuk belajar bersama YBTS dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Berbagai pelatihan tentang pemilihan benih dan persemaian, pemupukan dan pengendalian hama penyakit terpadu, Good Agriculture Practice (GAP), Good Handling Practice (GHP), Good Management Practices (GMP), konservasi, pendampingan dan praktik langsung di kebun demplot tomat, hingga pelatihan tentang gender telah mereka ikuti. Perlahan tapi pasti, para anggota KWT Suka Maju mulai memandang produksi pertanian tidak hanya sebatas pemenuhan konsumsi pangan pribadi tetapi juga bisa digunakan untuk memperoleh pendapatan. Berbekal ilmu yang sudah diperoleh, Mama Elin tergerak untuk meningkatkan hasil budidaya tanaman tomat dan mendorong semua anggota kelompok untuk selalu hadir dalam pelatihan.
KWT Suka Maju mendapatkan hasil yang sangat memuaskan dari hasil panen tomat pertama di tahun 2022 yaitu sebesar Rp.10.000.000 dalam sekali panen. Dengan hasil ini, Mama Elin dan para anggota kelompok mulai melakukan penggembangan usaha tani secara mandiri di lahan masing-masing anggota KWT. Bahkan, hasil panen tomat menunjukkan peningkatan pada bulan November 2022 menjadi sebesar Rp.12.000.000. Dengan peningkatan pendapatan hasil panen tersebut, Mama Elin berhasil membangun sebuah bak penampung untuk menunjang kebutuhan air bagi keperluan sehari-hari maupun untuk kebutuhan lahan pertanian. Pada awal bulan Januari 2023, Mama Elin melakukan pindah tanam tomat sebanyak 1000 pohon. Hasil dari panen tomat di awal tahun 2023 dialokasikan untuk biaya masuk perguruan tinggi bagi anak sulungnya. Perubahan-perubahan signifikan seperti inilah yang membuat Mama Elin dan para perempuan anggota KWT Suka Maju terus berupaya menggarap lahan pertanian mereka.
Tidak hanya terpaku pada peningkatan produksi hortikultura, KWT yang berdiri sejak tahun 2009 ini pun berinovasi untuk melakukan pengolahan hasil pertanian seperti pembuatan minuman sari jahe dan keripik ubi. Mama Elin dan anggota KWT mulai menyadari adanya nilai tambah yang dihasilkan dari penjualan olahan pertanian sehingga dapat membantu perekonomian keluarga. KWT Suka Maju juga berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada generasi muda, terutama petani perempuan muda untuk belajar tentang teknik budidaya hortikultura dan pengolahan hasil pertanian demi keberlanjutan mata pencaharian dan pemenuhan kebutuhan keluarga. Berkat ketekunan dan kemandirian yang ditunjukkan oleh para perempuan KWT Suka Maju, pada tahun 2023 Dinas Pertanian Sumba Barat Daya di tahun 2023 memberikan bantuan dana untuk kegiatan Pekarangan Pangan Lestari ( P2L) sebesar Rp 90.000.000. Bantuan dana tersebut bertujuan untuk menunjang kebutuhan benih dan Sarana Produksi (Saprodi) pertanian untuk KWT Suka Maju. Untuk langkah selanjutnya, para anggota KWT Suka Maju juga berharap suatu saat nanti dapat membangun sebuah koperasi yang mampu melayani masyarakat Desa Kabalidana dan sekitarnya.
Inovasi dan inisiatif yang dilakukan oleh KWT Suka Maju tentunya tidak terlepas dari pendampingan yang telah dilakukan YBTS melalui program PERMATA selama dua tahun terakhir. KWT Suka Maju adalah salah satu dari puluhan kelompok tani binaan program PERMATA di Sumba Barat Daya. Program PERMATA bertujuan untuk meningkatkan akses kelompok tani terhadap potensi mata pencaharian pertanian di Kabupaten Sumba Barat Daya. Untuk mencapai tujuan tersebut, program ini memiliki enam outcome yang salah satunya ditandai dengan kelompok tani yang menerapkan pengelolaan usaha pertanian yang lebih baik. Cerita keberhasilan KWT Suka Maju yang dipimpin oleh Mama Elin merupakan salah satu bukti bahwa kelompok petani perempuan di Sumba Barat Daya memiliki semangat juang dan tekad yang kuat dalam memajukan sektor pertanian. Hal ini tentunya sejalan dengan salah satu filosofi masyarakat Sumba Barat Daya khususnya di daerah Wewewa yaitu Ama Padewama, Ina Paurrama, yang berarti “Bapa yang melindungi, ibu yang merawat.” Para petani perempuan telah menunjukkan keberhasilan mereka dalam merawat dan memanfaatkan hasil bumi dengan sebaik-baiknya.
Penulis: Petrus Aprido Roberto Faot (YBTS) dan Mariska Estelita (WLF).