LOKAKARYA HASIL RISET DIVERSIFIKASI PERTANIAN DAN AGRIBISNIS PROGRAM PERMATA

Pada tanggal 28 Maret 2023, Yayasan Bina Tani Sejahtera yang bekerjasama dengan William & Lily Foundation (WLF) mengadakan Lokakarya Hasil Riset  Diversifikasi Pertanian dan Agribisnis pada wilayah intervensi Program Peningkatan Mata Pencaharian Pertanian (PERMATA). Kegiatan lokakarya ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari perangkat daerah, pemerintah kecamatan dan desa, serta perwakilan dari kelompok tani, dan tim media. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Bagian Tata Pemerintahan Daerah, Drs. Aryanto Umbu Jawud, yang mewakili Bupati Sumba Barat Daya. 

Riset Diversifikasi Pertanian dan Agribisnis ini dilakukan melalui kerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Provinsi Nusa Tenggara Timur sejak bulan Februari hingga Maret 2023 di 9 desa dan 3 kecamatan lokasi program, yaitu Desa Pero, Desa Kabalidana, Desa Weemangura, Desa Weekokora, Desa Weepatando, Desa Kanelu, dan Desa Weerame, dan Desa Wee Londa dan Desa Wee Rena. 

Program PERMATA yang telah berlangsung sejak 1 Oktober 2021 dan akan berakhir pada  30 September 2023 telah berhasil mendampingi 496 petani. Sebanyak 112 petani diantaranya telah mengembangkan berbagai sayuran dan berhasil meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan dengan cukup baik. Namun, masih terdapat kendala seperti pemanfaatan peluang akses keuangan dan pemasaran, pengelolaan administrasi dan keuangan, serta penerapan rekomendasi teknis budidaya yang dianjurkan. Untuk memaksimalkan potensi mata pencaharian dalam bidang pertanian, 3 peneliti BRIN yang terdiri dari Dr. Bernard deRosari, S.P., M.P. (Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler), Dr. Ir. Tony Basuki, M.Si. (Pusat Riset Tanaman Pangan), dan Ir. Yohanis Ngongo, M.Sc., Ph.D. (Pusat Riset Ekonologi dan Etnobiologi)  melakukan analisa akan potensi, kebutuhan, dan dukungan sumber daya. 

Hasil riset ini menunjukkan bahwa program PERMATA mampu memicu penguatan etos dan semangat kerja petani melalui pendampingan dan pelatihan teknis sekaligus memperkuat kapasitas mereka dalam membuat keputusan teknis saat menjalankan usaha pertanian. Petani telah merasakan nilai tambah dari pertanian sayur, mampu mengadopsi pengetahuan dan keterampilan dalam proses budidaya aneka sayur. Para petani juga menyatakan akan tetap melanjutkan kegiatan usaha tani ini secara mandiri pada masing-masing lahannya. Petani dampingan YBTS yang masih tergolong “petani kecil” telah menunjukkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan. 

Akan tetapi, dalam praktiknya, petani masih mengalami berbagai tantangan antara lain seperti  terbatasnya skala usaha dan permodalan, kapasitas pengelolaan sumber daya lahan, kemampuan pengelolaan waktu dan jadwal tanam, dan kesibukan dalam kegiatan sosial budaya. Di sisi lain, ketersediaan tenaga kerja dan peralatan pendukung yang dimiliki, visi ekonomi rumah tangga, rendahnya kemampuan membaca dinamika pasar, dan masih terbatasnya pengetahuan dan penguasaan teknis mengenai pengendalian hama dan penyakit juga turut menjadi tantangan yang harus mereka hadapi.

Riset Diversifikasi dan Agribisnis ini menghasilkan beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada berbagai pemangku kepentingan, seperti Pemerintah Kabupaten Dinas Pertanian, Pemerintah Kecamatan, dan Pemerintah Desa. Rekomendasi yang pertama adalah dibutuhkan penyempurnaan kegiatan Good Agricultural Practices (GAP) di tingkat petani secara merata, melalui pendampingan intensif oleh petugas lapangan. Kedua, petani masih membutuhkan pendampingan untuk memperkuat keberlanjutan usaha pertanian dengan melakukan diversifikasi jenis sayur antar musim untuk menjamin keanekaragam konsumsi dan gizi keluarga, sekaligus untuk memenuhi kebutuhan pasar salah satunya melalui One-Village One-Product (OVOP). One-Village One-Product (OVOP) merupakan upaya mengatur spesifikasi jenis sayur berbasis lokasi, dan dalam hal ini akan diterapkan di Kawasan Wewewa.

Rekomendasi ini mendapat tanggapan positif dari para peserta dan berharap disampaikan ke berbagai pihak sesuai perannya masing-masing sehingga dapat ditindaklanjuti. “Semoga hasil dari riset ini membawa dampak yang baik untuk petani. Saya berharap rekomendasi teknis ini akan ditindaklanjuti baik oleh Dinas Pertanian tapi juga pemangku kepentingan lainya, dimulai dari kepala desa untuk mendukung petani dalam meningkatkan pendapatan,” harap Daniel Malo Umbu Pati, Petugas Penyuluh Lapangan Desa Waimangura. Workshop ini ditutup oleh Kepala Bagian Tata Pemerintah dengan mengucapkan terima kasih kepada WLF, YBTS, dan BRIN yang telah melakukan kajian dan memberikan rekomendasi yang berharga untuk peningkatan mata pencaharian Petani di Kabupaten Sumba Barat Daya.

Ditulis oleh: Junike (YBTS)

Disunting oleh: Mariska Estelita (WLF)