“Biasanya saya membuat rencana belajar per semester, mingguan dan harian sesuai tema belajar. Tapi kami para guru sering kesulitan berkreasi membuat APE. Sejak mengenal PAUD HI, kami mulai terbantu, misalnya penyusunan rencana belajar jadi lebih tertata,” cerita Inka, seorang guru yang juga merupakan satu-satunya guru di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Timbutana. PAUD ini memiliki 18 siswa dan merupakan satu dari tiga PAUD di Desa Homba Karipit, Kecamatan Kodi Utara, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.
Meski program PAUD telah berjalan di Kabupaten Sumba Barat Daya, namun pelaksanaannya menghadapi berbagai tantangan seperti infrastruktur, tingkat kesadaran masyarakat, koordinasi yang belum terjadi antar instansi terkait, hingga sumber daya manusianya. Pemerintah kabupaten juga kesulitan untuk mewujudkan layanan PAUD yang holistik dan integratif (PAUD HI) yang menjadi salah satu upaya Pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan stunting, termasuk di Sumba Barat Daya.

“Tantangan yang banyak dihadapi guru PAUD adalah masih minimnya pengetahuan kami tentang PAUD, apalagi bagi guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan PAUD,” terang Inka yang telah menjadi guru PAUD selama satu tahun. Inka memiliki gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dan sebelumnya merupakan guru sekolah dasar. Selain Inka, cukup banyak guru di Sumba Barat Daya yang tidak memiliki latar pendidikan PAUD, misalnya hanya memiliki gelar pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Di akhir tahun 2019, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan layanan PAUD, Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya bekerja sama dengan Yayasan William dan Lily dan Sumba Integrated Development (SID) meluncurkan Program Revitalisasi PAUD HI. Program ini diselenggarakan di 13 desa yang ada di 3 kecamatan yaitu Loura, Kodi Utara dan Kota Tambolaka. Program berfokus pada peningkatan kapasitas guru dan pengelola PAUD, kader posyandu, kader Bina Keluarga Balita, pemerintah daerah dari instansi yang bersangkutan, serta pembentukan Gugus Tugas PAUD HI di tingkat kabupaten, kecamatan hingga desa.
Inka sendiri mulai berkenalan dengan PAUD HI pada kegiatan sosialisasi di bulan September 2020. “Pertama kali saya ikut pelatihan tentang pengasuhan responsif di tingkat kecamatan. Lalu saya teruskan informasinya ke para guru PAUD lainnya di desa dan orang tua murid, dibantu dengan pemerintah desa. Harapannya ketika anak sudah pulang dari PAUD, masyarakat di sekitar juga ikut menjaga si anak,” ujar Inka. Inka juga memberikan pelatihan kecil ke orang tua seperti cara belajar bersama dan berinteraksi dengan anak, sehingga pengasuhan yang dilakukan di sekolah juga dilakukan di rumah.
Pelaksanaan PAUD HI juga ikut menambah wawasan Inka tentang empat pilar layanan PAUD HI yaitu pendidikan, kesehatan dan gizi, pengasuhan responsif, perlindungan dan kesejahteraan anak. “Ternyata untuk layanan kesehatan, sudah dilakukan sejak dulu di PAUD kami. Tapi kami baru tahu bahwa itu masuk dalam bagian PAUD HI setelah mendapat sosialisasi PAUD HI,” cerita Inka.
Selain pengasuhan responsif, PAUD Timbutana juga mulai mendorong aspek perlindungan dan kesejahteraan anak. Didukung oleh pemerintah desa, Inka bersama pengelola PAUD membantu proses pengurusan akta kelahiran dan kartu keluarga. “Kami lihat banyak anak yang belum punya akta kelahiran dan kartu keluarga. Jadi kami bantu pengurusan akta dengan mendata nama anak, mengecek ke keluarga dan mengurus dokumen di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, jadi anak-anak punya identitas kependudukan,” terang Inka.
Inka berharap pelayanan PAUD HI dapat terlaksana dengan semakin baik lagi. Ia mengatakan PAUD HI selangkah lebih maju dari yang sebelumnya dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan membangun kerja sama dengan pihak lain di luar pendidik, misalnya Dinas kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. “PAUD HI telah turut membantu meningkatkan pelayanan yang diberikan desa untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Misalnya, kini, para bidan atau kader cukup datang ke PAUD untuk mendapatkan data balita karena kami punya datanya. Tidak perlu lagi datang ke rumah-rumah,” ujar Inka.