“Dulu sebelum kenal PAUD HI, (saya) tidak tahu kaitan layanan dasar lain dengan pendidikan anak. Saya juga kesulitan membuat rencana belajar siswa sesuai kebutuhan tumbuh kembang siswa. Saya lihat modulnya di google, tapi saya susah memahami alur dan prosesnya. Terkadang kita copy paste saja,” kenang Samni, guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Azzahra 3 Katewel, Desa Letekonda, Kecamatan Loura, Sumba Barat Daya. Program PAUD telah diimplementasikan sejak lama di Kabupaten Sumba Barat Daya, namun kegiatannya masih berfokus pada aspek pendidikan saja. Kondisi ini menjadi tantangan yang dihadapi kabupaten ini dalam memecahkan salah satu masalah terbesar di wilayahnya, yaitu isu stunting.
Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan salah satu kabupaten prioritas dalam upaya pencegahan stunting. Prevalensi stunting kabupaten ini mencapai 39,98%, jauh di atas rerata prevalensi nasional yaitu 30,8% . Sebagai salah satu upaya pencegahan stunting, pada tahun 2013, Pemerintah Indonesia meluncurkan kebijakan PAUD Holistik dan Integratif (PAUD HI) .

Meski memiliki 266 PAUD yang tersebar di 11 kecamatan[1], pelaksanaan layanan PAUD di Kabupaten Sumba Barat Daya belum berjalan secara holistik dan integratif. Hal ini terlihat dari materi PAUD HI yang belum terintegrasi dengan bidang kesehatan dan gizi, pengasuhan, serta perlindungan dan kesejahteraan anak yang menjadi empat pilar utama untuk tumbuh kembang anak yang optimal. Upaya peningkatan layanan PAUD yang ada juga belum mengarah pada peningkatan kapasitas sumber daya manusianya.
“Dulu pengetahuan kami masih minim soal PAUD, apalagi guru seperti saya yang latar belakangnya bukan dari pendidikan PAUD. Kami juga kekurangan kreativitas dalam membuat alat permainan edukatif,” ujar Inka, guru PAUD Timbutanana, Desa Ombakaripit, Kecamatan Kodi Utara.
Kondisi serupa juga dialami oleh Katrina, guru PAUD Laskar Pelangi, Desa Wee Kambala, Kecamatan Loura. “Media belajar yang digunakan masih minim, sehingga kami sulit menyusun rencana pembelajaran mingguan dan harian,” ujar Katrina yang telah mengajar PAUD selama enam tahun.
Upaya Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya untuk menerapkan layanan PAUD HI disambut dengan baik oleh Yayasan William and Lily dan Sumba Integrated Development karena selaras dengan harapan untuk merevitalisasi layanan PAUD. Pada tahun 2019, Program Revitalisasi PAUD HI di 13 desa di 3 kecamatan yaitu Loura, Kodi Utara dan Kota Tambolaka, dengan salah satu fokusnya adalah peningkatan kapasitas guru PAUD tentang PAUD HI, kurikulum dan pengetahuan pedagogi.
Sebagai bagian dari revitalisasi, pemerintah desa bersama Gugus Tugas PAUD HI tingkat kabupaten dan kecamatan, didukung oleh SID, melakukan sosialisasi kepada penyedia layanan seperti guru, kader posyandu, kader Bina Keluarga Balita dan bidan desa.
“Setelah ikut sosialisasi di desa, saya diundang ke sosialisasi di kecamatan tentang pengasuhan responsif sebagai bagian dari pilar kesejahteraan anak. Saya satu-satunya perwakilan dari desa,” cerita Inka yang telah menjadi guru PAUD selama satu tahun, setelah sebelumnya bekerja sebagai guru sekolah dasar. Setelah mendapatkan pelatihan, para guru berinisiatif meneruskan informasi yang didapat kepada orang tua murid dan rekan-rekan guru PAUD lainnya di desa. Untuk memperkuat pengetahuan tentang PAUD HI, para guru yang telah mengikuti sosialisasi diundang kembali untuk mengikuti pelatihan Kurikulum 2013.
Gugus Tugas PAUD HI juga berperan besar dalam mendukung para guru melaksanakan layanan PAUD HI. “Guru-guru PAUD di kabupaten ini banyak yang lulusan SMA atau sarjana yang tidak memiliki latar belakang PAUD. Sehingga kami sangat minim pengetahuan tentang anak. Kami sering berkonsultasi dengan Gugus Tugas dari kabupaten dan kecamatan tentang penerapan PAUD HI,” papar Samni. Anggota Gugus Tugas juga memberi pendampingan lewat monitoring pelaksanaan layanan kesehatan dan perlindungan anak. Apabila layanan tersebut belum dilakukan, maka Gugus Tugas akan membantu mengarahkan pelaksanaannya.
Upaya revitalisasi layanan PAUD membawa harapan tersendiri menuju terwujudnya pelaksanaan PAUD HI di Desa Letekonda, Desa Ombakaripit dan Desa Wee Kambala. Katrina, Samni dan Inka bersama guru di masing-masing PAUD membuat perencanaan bersama bidan untuk datang ke PAUD untuk melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan siswa, mengundang orang tua terlibat memasak menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT), siswa memastikan seluruh barang yang digunakan di kelas bersih dan tidak berbahaya untuk siswa, memperkenalkan tentang perlindungan atas kekerasan seksual dan tanggap darurat bencana pada anak, serta ikut membantu memproses pengurusan akta kelahiran anak dan kartu keluarga ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat.
“Masuknya PAUD HI membawa banyak perubahan bagi PAUD kami. Setelah mendapat pelatihan, kami jadi tahu bagaimana menyusun rencana belajar yang tepat. Desa juga mendukung kader-kader posyandu untuk bekerja sama dengan PAUD. Ini berbeda dengan sebelumnya karena kita tidak tahu kalau layanan pendidikan dan kesehatan saling berhubungan. PAUD HI juga membuat hubungan pemerintah desa dan para orang tua menjadi lebih dekat,” cerita Katrina.
Meski baru dimulai di akhir 2020, para guru mengatakan bahwa mereka justru semakin tertantang untuk memastikan keberlangsungan pelaksanaan PAUD HI. “Tidak hanya di kalangan pendidik saja, tapi kami ingin dapat terus membangun kerja sama dengan pemangku kepentingan di bidang lain, seperti bidang kesehatan dan pencatatan sipil. Karena PAUD HI ini selangkah lebih maju dari yang sebelumnya dan kami berharap PAUD HI dapat berjalan optimal demi masa depan anak-anak Sumba Barat Daya,” papar Inka penuh semangat.